Jumat, 03 Desember 2010

Trauma Centre


Terkait dengan rencana Strategi RSUD Majalaya dalam pengembangan IGD maka th 2011 akan dibuat Trauma Centre, Artikel dibawah ini bisa dijadikan bahan telaah.
Memahami Pengertian Traumatic Centre Rumah Sakit
Kategori: Kesehatan
Pekanbaru (MOL) -- RS Prof. Dr. Tabrani dalam waktu dekat ini dipilih untuk menjadi RS Traumatic Centre oleh PT. Jamsostek Cabang Pekanbaru, Riau I. Untuk lebih mempersiapkan apa dan bagaimana pelayanan RS Trauma Centre nantinya, berikut hasil wawancara dengan Kepala Cabang Jamsostek Pekanbaru Drs. Adjat Sudradjat, SE beberapa waktu yang lalu.
"Ketika mendengar kata Trauma Center yang terlitas dalam benak kita pada umumnya adalah IGD di RS yang dilengkapi dengan peralatan Trauma Set. Jarang sekali yang berpikiran bahwa Trauma Centre tidak melulu soal menangani kasus trauma, karena kecelakaan lalu lintas maupun sebab lain, di IGD. Ini terlihat saat RS (yang sering saya lihat adalah RS Daerah di Pulau Jawa sana sebelum pindah beberapa bulan tugas di Riau). Saya telah merencanakan untuk mengembangkan RS Trauma Center sebagai layanan unggulan dengan pertimbangan tingginya angka kecelakaan yang terjadi di daerahnya atau di suatu perusahaan yang bekerjasama dengan peserta Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)," ungkap Drs. Adjat Sudrajat.
"Kadang kurang kita sadari bahwa Trauma Center adalah serangkaian pelayanan yang melibatkan beberapa fasilitas di dalam RS, mulai dari prehospital (ambulans, kalau bisa 118), IGD, Pelayanan Penunjang Diagnostik 24 jam (laboratorium, radiologi dan sebagainya), ICU, rawat inap, layanan farmasi 24 jam, rehabilitasi medik hingga pascahospitalyang ternitegrasi dalam satu sistem yang saling terkait. Konsekuensinya adalah jika IGD sebagai pintu masuk pasien trauma ke RS, maka instalasi lain yang menerima limpahan pasien trauma dari IGD ini pun harus dilengkapi dengan SOP-SOP untuk penanganan trauma yangnyambung dengan SOP trauma di IGD. Namun yang terjadi selama ini, RS ramai-rama membuat Trauma Center yang nota bene adalahIGD plusdalam perencanaan jangka menengah RS secara parsial, dengan melatih SDM dan meng-up grade peralatan di IGD saja," terangnya.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Trauma Center?
Trauma Centeradalah sebuah fasilitas pelayanan kesehatan yang khusus menangani pasien trauma di rumah sakit, pelayanan tersebut dilakukan oleh beberapa dokter ahli sepertidokter ahlibedah, dokter anestesi serta perawat khususdan menyediakan peralatan pendukung hidup lanjut secara cepat yang siap dalam 24 jam. Penanganan pasien trauma diTraumaCenterdidukung beberapa instalasi dan unit pelayanan yang kegiatannya saling mendukung, instalasi dan unit pendukungTrauma Centerantara lain: Instalasi Rawat Darurat (IRD), ambulance, laboratorium, radiologi, kamar operasi,Intensive Care Unit(ICU), rehabilitasi medik dan apotek (Dayananda, 2004).
SebuahTrauma Centerpada sebuah rumah sakit dilengkapi dengan pelayanan medis gawat darurat secara komprehensif untuk pasien yang mengalami trauma berat atau luka berat yang siap 24 jam sehari. Pusat trauma telah dibentuk sebagai realisasi penetapan medis bahwa luka atau trauma perlu penanganan yang segera dan komplek termasuk pembedahan untuk mencegah kecacatan dan kematian dari pasien. Saat ini terjadi peningkatan insiden trauma karena adanya perkembangan industrialisasi, urbanisasi, adanya kekerasan di masyarakat, konflik sosial, dan bencana alam yang disebabkan oleh perbuatan manusia (Dayananda, 2004).
PelayananTrauma Centerdibentuk berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain: faktor geografis di tempatTrauma Centeryang akan dibuat, jarakTrauma Centeryang akan dikembangkan ke pelayananTrauma Centeryang sudah ada, faktor transportasinya, lokasi populasi dan kepadatan penduduk di sekitarTrauma Centeryang akan dikembangkan (Richardson & Colvin, 2007).
Menurut MacKanzieet.al(2003) pelayananTrauma Centeryang memberikan pelayanan khusus trauma terdiri dari 5 level yaitu:
Level I
Memberikan pelayanan terhadap kasus-kasus trauma secara menyeluruh, yang merupakan sumber daya daerah setempat, termasuk sebagai sarana pendidikan, penelitian dan perencanaan sistem. Pada level ini menyediakan pelayanan kesehatan kasus trauma yang dilengkapi tenaga ahli seperti: dokter ahli bedah trauma, dokter ahli bedah umum, dokter ahli anestesi, dokter ahli lainnya, perawat dan dilengkapi perlengkapan resusitasi.
Level II
Memberikan pelayanan trauma secara menyeluruh serta sebagai pendukungTrauma CenterLevel I pada daerah perkotaan yang besar atau sebagai rumah sakit utama pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, namun di level ini tidak memerlukan atau mengadakan sarana pendidikan, penelitian yang berkelanjutan.
Level III
Memberikan pelayanan terhadap kasus trauma, namun tidak memiliki atau menyediakan pelayanan ahli/spesialis secara penuh, tetapi memiliki sumber daya untuk resusitasi gawat darurat, bedah, pelayanan intensif dari hampir semua pasien trauma.Trauma Centerlevel III memberikan pelayanan pada masyarakat yang akses keTrauma Centerlevel I atau II cukup jauh.
Level IV dan V
Memberikan pelayanan terhadap kasus trauma pada daerah yang tidak memiliki pelayanan trauma yang lebih tinggi. Peranan dariTrauma Centerlevel IV lebih terfokus pada resusitasi dan stabilisasi pasien serta mengatur proses rujukan pasien keTrauma Centeryang memiliki perlengkapan yang lebih memadai serta berada di lokasi yang mudah diajangkau dalam waktu singkat.
American College of Surgeonstidak menandai secara spesifikTrauma Center level V, tetapi pada level ini disiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pasien trauma di daerah-daerah yang jauh dari rumah sakit yang memiliki perlengkapan hidup lanjut.
Jadi jelas bahwa dengan memberi label Trauma Center yang disiapkan bukan hanya IGD 24 jam dengan SDM terlatih dalam penanganan kasus trauma melainkan berbagai fasilitas lain yang terkait dengan pelayanan di IGD tersebut. Fasilitas ini mulai dari penunjang diagnostik 24 jam, intensive care, OK, rawat inap dan sebagainya dengan standar operating procedures yang terintegrasi satu sama lain. Jika hanya IGD yang memiliki kualifikasi dan SOP untuk kasus trauma, maka sebenarnya RS tersebut tidak bisa mengklaim diri memiliki Fasilitas Trauma Center. (Asrial)



UNTUK memaksimalkan pelayanan di unit instalasi gawat darurat (IGD), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pulang Pisau berencana membentuk unit trauma center (pusat trauma) yang diproyeksi menjadi salah satu fasilitas unggulan RSUD Pulang Pisau.
Apalagi, belum ada RSUD lain di Kalimantan Tengah yang memiliki program ini.
Trauma center adalah fasilitas penanganan segera dan kompleks termasuk pembedahan untuk mencegah kecacatan dan kematian pasien yang mengalami luka berat (trauma).
Direktur RSUD Pulang Pisau Muliyanto Budiharjo mengakui rencana mewujudkan trauma center tidak semudah membalik telapak tangan.
Namun begitu, dia menyatakan optimistis dengan dukungan semua pihak terkait, rencana tersebut bisa menjadi kenyataan.
Itu sebabnya, kata Muliyanto, proyeksi program ini diperkirakan berjalan hingga lima tahun ke depan.
“Pelayanan di fasilitas (trauma center) ini akan ditangani beberapa dokter ahli yang terdiri dari spesialis, dokter bedah dan perawat khusus serta dilengkapi peralatan pendukung hidup lanjut secara cepat yang siap 24 jam," ujar Muliyanto, beberapa hari lalu.
Di pertengahan tahun ini, tepatnya pada 26 Juli lalu, RSUD Pulang Pisau meresmikan berbagai fasilitas penunjang instalasi gawat darurat (IGD) untuk penanganan pasien trauma harus didukung beberapa instalasi dan unit pendukung seperti instalasi rawat darurat (IRD), ambulans, laboratorium, radiologi, kamar operasi, intensive care unit (ICU), rehabilitasi medik dan apotek.
Selain itu juga trauma center pada rumah sakit dilengkapi dengan pelayanan medis gawat darurat secara komprehensip terutama bagi pasien yang mengalami trauma berat atau luka berat. Unit ini akan dipersiapkan melayani pasien selama 24 jam sehari.
Muliyanto juga menerangkan, RSUD Pulang Pisau akan fokus meningkatkan mutu dari tenaga medis baik perawat maupun tenaga dokter spesialisnya. (EK/B-5)

Klinik Autis


Sehubungan dengan Tahun 2011 RSUD Majalaya akan membuat Klinik Autis maka perlu diketahui hal dibawah ini :


TERAPI   BERMAIN


PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat behwa anak yangf terlalu banyak bermain akan membuat menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (noname, 2006).

A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari.(wholey and Wong,1991).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan.(Foster,1989)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock)
Jadimkesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
2. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support.
C. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
D. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu
MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen
E. FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. PERKEMBANGAN SENSORI MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
5. KESADARAN DIRI(SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran.
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya : marah,takut,benci.
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain peran.
F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi
G. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
H. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN
1 BULAN
VISUAL : Lihat dengan jarak dekat
Gantungkan benda yang terang dan menyolok
AUDITORI : Bicara dengan bayi, menyanyi,musik,radio,detik jam
TAKTIL : Memeluk,menggendong,memberi kesenangan
KINETIK : Mengayun,naik kereta dorong
2-3 BULAN
VISUAL : Buat ruangan menjadi tenang,gambar,cermin ditembok
Bawa bayi ke ruangan lain
Letakkan bayi agar dapat memandang disekitar
AUDITORI : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan dalam pertemuan keluarga.
TAKTIL : Memandikan ,mengganti popok,menyisir rambut dengan lembut,gosok dengan lotion/bedak
KINETIK : Jalan dengan kereta,gerakan berenang,bermain air
4-6 BULAN
VISUAL : Bermain cermin,anak nonton TV
Beri mainan dengan warna terang
AUDITORI : Anak bicara,ulangi suara yang dibuat,panggil nama,
Remas kertas didekat telinga,Pegang mainan bunyi.
TAKTIL : Beri mainan lembut/kasar,mandi cemplung/cebur
KINETIK : Bantu tengkurap,sokong waktu duduk
6-9 BULAN
VISUAL : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”.
Beri kertas untuk dirobek-robek.
AUDITORI : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian tubuh,
Beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
TAKTIL : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main air mengalir
Berenang
KINETIK : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.
9-12 BULAN
VISUAL : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai tempat
Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh.
AUDITORI : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,
Kenalkan dengan suara binatang
TAKTIL : Beri makanan yang dapat dipegang
Kenalkan dingin,panas dan hangat.
KINETIK : Beri mainan
Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan
• Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
• Buku dengan gambar menarik
• Balon,cangkir dan sendok
• Boneka bayi
• Mainan yang dapat didorong dan ditarik
TODLER ( 2-3 TAHUN )
• Mulai berjalan,memanjat,lari
• Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
• Senang melempar,mendorong,mengambil sesuatu
• Perhatiannya singkat
• Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
• Karakteristik bermain “Paralel Play”
• Toddler selalu brtengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu
• Senang musik/irama
Mainan Untuk Toddler
• Mainan yang dapat ditarik dan didorong
• Alat masak
• Malam,lilin
• Boneka,Blockies,Telepon,gambar dalam buku,bola,dram yang dapat dipukul,
krayon,kertas.
PRE-SCHOOL
• Cross motor and fine motors
• Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
• Sangat energik dan imaginative
• Mulai terbentuk perkembangan moral
• Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
• Karakteristik bermain
• Assosiative play
• Dramatic play
• Skill play
• Laki-laki aktif bermain di luar
• Perempuan didalam rumah
Mainan untuk Pre-school
• Peralatan rumah tangga
• Sepeda roda Tiga
• Papan tulis/kapur
• Lilin,boneka,kertas
• Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk
USIA SEKOLAH
§ Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
§ Dapat belajar dengan aturan kelompok
§ Belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang lain.
§ Karakteristik “Cooperative Play”
§ Laki-laki : Mechanical
§ Perrempuan : Mother Role
Mainan untuk Usia Sekolah
6-8 TAHUN
Kartu,boneka,robot,buku,alat olah raga,alat untuk melukis,mencatat,sepeda.
8-12 TAHUN
Buku,mengumpulkan perangko,uang logam,pekerjaan tangan,
kartu,olah raga bersama,sepeda,sepatu roda.
BERMAIN DI RUMAH SAKIT
TUJUAN
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
PRINSIP
1. Tidak banyak energi,singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orang tua.
UPAYA PERAWATAN DLM PELAKSANAAN BERMAIN
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH :
1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat,fasilitas kebijakan RS,kerjasama Tim dan keluarga
2. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Foster and Humsberger,1998,Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,Philadelpia USA.
Hurlock E B,1991,Perkembangan Anak Jilid I,Erlangga Jakarta.
Markum dkk,1990,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,IDI Jakarta.
Soetjiningsih,1995,Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.
Whaley and Wong,1991,Nursing Care infants and children. Fourth Edition,Mosby Year Book,Toronto Canada.
Noname. (2006). Pengaruh permaianan pada perkembangan anak. Terdapat pada : http://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 10 Juli 2006.